Day 2 MIWF 2018

Day 2 MIWF 2018
Dihari kedua MIWF 2018 rangkaiam acara hampir sama dengan hari sebelumnya seperti kegiatan diskusi, workshop,  book launch, pentas baca puisi dan sebagainya, rangkaian acaranya berlangsung di beberapa tempat dan kampus di Makassar tapi pusat kegiatannya masih di Benteng Fort Rotterdam. Dihari kedua miwf 2018 memberikan hal yang mengesankan dibanding dengan hari sebelumnya, selan bertemu dengan lebih banyak orang-orang yang menginspirasi juga tentunya lebih banyak ilmu yang bisa dipetik dihari kedua ini. Pertama kali berkunjung ke festival ini saya tertarik dengan salah satu tenant Barru Membaca di bagian taman sebelah panggung utama, namun karena beberapa kendala sehingga barulah dihari kedua ini saya berkesempatan berbincang-bincang langsung dengan founder dari Barru Membaca. Sangat menyenangkan bisa bertemu,  berkenalan, berdiskusi,  dengan para relawan Barru Membaca.
Tentang Barru Membaca :
Barru Membaca telah beroperasi selama dua tahun, awalnya ide dan inisiatif oleh Dajju (nama sapaan) sekaligus founder dari Barru Membaca yang merupakan warga asli Barru , ia mengenyam pendidikan di UI. Dari sini ia membandingkan minat baca di perkotaan dengan pedesaan itu jauh berbeda, awalnya ia menganggap bahwa minat baca di daerah khususnya di Barru itu kurang. Namun setelah melakukan riset  justru mendapati masalah lain di Barru,  ternyata pemicunya bukan minat baca yang kurang tetapi akses untuk memperoleh bukunya itu yang susah mengingat di daerah masih kurang toko-toko buku atau perpustakaan bahkan di Barru sendiri belum ada toko buku sehingga untuk membeli buku itu mesti ke Makassar. Dbanding dengan di perkotaan akses buku yang mudah didapatkan.
Ada tiga program dari Barru Membaca ini yaitu pop up (portable) library, book traveling dan book camp. Pop up library dilaksanakan 1-2x seminggu dengan membawa buku-buku ke keramaian seperti alun-alun, tempat wisata dan tempat keramaian lainnya di Barru, sehingga akses untuk buku itu mudah dan dekat, masyarakat bisa memanfaatkan waktu rekreasi sambil membaca. Book travelling dengan membawa buku ke pelosok-pelosok dalam wilayah Barru seperti di pedalaman pegunungan.  Book Camp merupakan program tahunan dari Barru Membaca,  jadi kegiatannya itu Barru Membaca bersama pegiat-pegiat literasi di sulselbar mengadakan camping untuk berdiskusi dan saling belajar bagaimana mengelolah komunitas baca lebih baik seperti kemarin berbincang-bincang dengan Kang Mamang dan Ridwan Alimuddin (founder Perahu Pustaka Mandar).
Selain berbincang dengan relawan Barru Membaca, saya juga berkesempatan berbincang  dengan dua pengunjung internasional yaitu Prof. Dr. Yoshino Fumio yang merupakan profesor ekonomi faculty of International studies Takushoku University di Jepang sekaligus pembuat manga (komik jepang) dan Ryoichi Wako yang merupakan satu-satunya peserta baca puisi dalam rangkaian acara MIWF hari kedua ini.  Dari Prof.Yoshino Fumio saya belajar bahwa akademik dan hobi yang berbeda bisa berjalan beriringan,  kedunya hal berbeda dari segi profesi dengan hobinya, beliau juga aktif setiap tahunnya berkunjung ke Indonesia khususnya pulau Jawa dan di festival MIWF ini merupakan kedua kalinya ia berkunjung ke Makassar khusus untuk festival ini.  Festival ini merupakan kunjungan pertama bagi Ryoichi Wako ke Makassar, ia sangat suka dengan suasana makassar khususnya festival ini melihat euforia kaum muda Makassar yang aktif dalam kegiatan literasi seperti ini. Melalui Mr.Matsui akhirnya kami bisa berkomunikasi dengan Ryoichi Wako, beliau bekerjasama dengan kegiatan MIWF sejak awal diselenggarakannya pada 2011 hingga kini, jadi setiap tahunnya Mr.Matsui yang merupakan warga negara Jepang dan fasih berbahasa Indonesia ini mendatangkan peserta dari Jepang untuk ikut serta dalam festival ini.

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Menentukan Hati"

Kerjasama Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Era Jokowi Terkait Perdamaian di Palestina